Lhokseumawe,Relasi.News – Maraknya kasus pelecehan seksual di lembaga pendidikan, membuat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kota Lhokseumawe ajak semua elemen untuk mencarikan solusi.
“Kami mengajak seluruh unsur Forkopimda berkolaborasi dengan semua elemen masyarakat untuk mencarikan solusi agar kasus serupa tidak terjadi lagi di lembaga pendidikan umum dan agama,” ajak Pj Walikota Lhokseumawe Dr. Drs. Imran, M.Si, MA.Cd, saat pertemuan dengan unsur Forkopimda dan tokoh agama yang berlangsung, Kamis (25/5) di Kantor Walikota Lhokseumawe.
Secara khusus, Pj Walikota Lhokseumawe juga meminta kontribusi dari lembaga pendidikan agama seperti pondok pesantren dan dayah agar secara bersama-sama dengan pemerintah untuk menuntaskan permasalahan ini.
“Kasus pelecehan seksual di Lhokseumawe mengalami peningkatan, terhitung sejak Januari – Mei 2023 terjadi sebanyak 13 kasus pelecehan terhadap perempuan dan 15 kasus pelecehan terhadap anak,” ungkap Imran.
Yang mencengangkan adalah pelaku kasus pelecehan itu dilakukan oleh oknum guru di pesantren, tentunya ini bukan hanya tugas pemerintah semata, tapi semua pihak termasuk tokoh agama berkolaborasi untuk menuntaskan pernasalahan ini.
Dalam kesempatan yang sama, Kajari Lhokseumawe Lalu Syaifudin, SH,MH, menyebutkan, selama 2 menjabat pihaknya telah melakukan penuntutan sebanyak 29 perkara dibawah 10 tahun, 2 perkara diatas 10 tahun, 1 perkara seumur hidup dan 3 perkara dengan tuntutan mati.
“Saya baca artikel tentang kasus sodomi 15 santri oleh pimpinan pesantren, dan guru pengajian di Lhokseumawe yang kemudian ditangkap. Ini sangat mencengangkan,” pungkasnya.
Hadir dalam dialog 50 ulama dan pimpinan dayah, Sekda Lhokseumawe T.Adnan, SE, unsur Forkopimda Plus yakni Kepala Kejaksaan Negeri, perwakilan DPRK, Perwakilan Polres, Kasdim, Kepala Dinas terkait, Para Asisten dan Staf ahli Setdako Lhokseuamawe.(YA)
