Jakarta – Jet tempur Mirage dibuat pabrikan Prancis Dassault Aviation, dengan seri pertama yakni Mirage 5 pada 1967. Perusahaan itu melakukan pengembangan hingga mulai menerbangkan Mirage 2000 pada 1978, dan dipakai sebagai bagian kekuatan militer udara Prancis pada 1984.
Pesawat jenis tersebut pernah ambil bagian dalam Indonesia Air Show pada 1986. Tapi saat itu, Mirage kalah bersaing dari buatan General Dynamics (kemudian diakuisisi oleh Lockheed Martin), Amerika Serikat (AS).
Sebanyak 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 yang dibeli Indonesia, sembilan unit di antaranya memiliki kursi pilot tunggal dan tiga lainnya kursi ganda. Qatar pertama kali mendapatkan jet tempur tersebut pada 1997 atau usianya kini sudah 26 tahun.
Kontrak pembelian untuk 12 unit jet tempur buatan Prancis itu, diteken dengan total nilai USD 792 juta atau setara hampir Rp 12 triliun (Kurs Rp 14.800 per USD). Pembelian Mirage 2000-5 eks Qatar tersebut, dilakukan melalui sebuah agensi perdagangan yakni Excalibur International a.s.
Perusahaan tersebut merupakan unit bisnis dari perusahaan alutsista (alat utama sistem persenjataan) asal Ceko, Czechoslovak Group (CSG).
Pembelian yang diteken oleh Prabowo itu, didanai pinjaman luar negeri yang telah disetujui Kementerian Keuangan. Selain membeli unit jet tempurnya, Kemhan juga harus membayar untuk layanan perawatan, persenjataan, dan pelatihan pilot untuk jangka waktu tiga tahun.
Mirage seri 2000-5 ini oleh Prancis telah dikembangkan ke seri baru lainnya. Selain pengembangan teknologi dan kemampuan manuver, seri-seri baru itu dikembangkan sesuai keinginan negara pemesan.
Selain Qatar dan nantinya Indonesia, sejumlah negara menggunakan Mirage 2000 sebagai bagian kekuatan pertahanan udaranya. Seperti Mesir, India, Brasil, Taiwan, Peru, dan Uni Emirat Arab.
Sebelumnya Indonesia mengandalkan kekuatan tempur udara dengan menggunakan jet tempur F-16 buatan AS dan Sukhoi Su-27 dan Su-30 buatan Rusia. Tapi pesawat-pesawat itu sudah tua. Seperti Sukhoi Su-30 MK terakhir dibeli pada 2013.
Kemhan pernah berencana meremajakan jet tempur lainnya, yakni F-5 Tiger dengan Su-35. Pada 2018 Indonesia telah menyepakati pembelian 11 unit Sukhoi Su-35 senilai total USD 1,14 miliar melalui sistem barter dengan Rusia. Tapi transaksi itu tak kunjung terwujud, karena kekhawatiran Indonesia bisa terancam sanksi dari AS karena membeli senjata Rusia.(Red)